Salam Redaksi

Assalamualaikum wr.wb

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Hanya pada-Nya lah jiwa ini bergantung, dan hanya pada-Nya lah diri ini berharap.

Shalawat dan salam semoga tak henti tercurah untuk kekasih-Nya, Rasulullah Muhammad Saw, keluarga, sahabat, dan siapa saja yang mengikutinya.

Sobat KSI, Alhamdulillah kembali lagi kami hadir menyapa kalian ditengah2 musim ujian (hhehe ..)

Semoga tak pernah ada kata bosan, karena sudah sepantasnya kita saling menasihati dalam kebaikan hingga kita semua akan menjadi hamba yang lebih baik, melalui keimanan dan ketakwaan yang semakin bertambah dari waktu ke waktu, lalu nantinya akan berkumpul di jannah-Nya, amiinn..

Sobat, karena momen kali ini adalah hari ibu maka dengan menjunjung keagungannya, mari kita bicara tentang sosok manusia paling mulia, “IBU”…

Untuk kalian yang mencintai ibu, “ Sudahkah Hari ini Anda tersenyum Untuknya ???”

SUDAHKAH HARI INI ANDA TERSENYUM UNTUKNYA ????

Bismillah…

Segala puji bagi allah yang dengan nikmat-Nya, segala kebaikan terwujud. Shalawat serta salam bagi utusan pembawa rahmat ke semesta alam, serta bagi keluarga dan para sahabatnya.

“ Surga berada di bawah telapak kaki ibu…”

Dulu sewaktu kecil, saya sering menanyakan kalimat itu kepada ibu . Berkali-kali juga saya perhatikan telapak kaki manusia paling mulia itu, namun tak pernah saya lihat surga di bawah telapak kakinya seperti apa yang sering saya dengar.

Seiring waktu berlalu, kini saya mengerti, bukan surga yang berada di sana, tapi yang lebih tepatnya, ibulah sosok manusia yang mampu membuat kita mendapatkan surga allah swt, karena sungguh Ridho allah swt ada beserta ridho ibu, dan sebaliknya kemarahan ibu tak lain akan mengundang Murka allah swt (naudzubillah…)

Kawan, pernahkah engkau merenung tentang ibumu ??

Pernahkah sejenak saja kau pandangi wajah yang mulai berkerut itu ???

Akankah kau lihat gurat kelelahan yang amat sangat di wajahnya ???

Atau bahkan, pernahkah kau luangkan waktumu untuk sekedar berbicara padanya di sela-sela kesibukanmu itu ???

Mungkin sekarang kita berpikir bahwa kita adalah anak yang sudah dewasa, yang sudah bisa membedakan dan memilih hal terbaik untuk hidup kita. Namun lupakah kau kawan, dulu semasa kita bukanlah siapa-siapa, ibu yang selalu mengajarkan kita bicara, ibu yang tak pernah lelah menyuapi makanan kepada kita, Ia yang rela melepaskan suapan nasinya hanya karena mendengar kita menangis, ia yang rela tak tidur sepanjang malam di saat kita sakit, dan dialah manusia satu-satunya yang tidak rela melihat kita disakiti, meski hanya karena gigitan seekor nyamuk yang kecil…

Sekarang, pantaskah kau tinggikan suaramu di depannya ?? pantaskah kau bilang “tidak” terhadap perintahnya ??

Lupakah kau akan firman tuhanmu, “…maka sekali-kalijanganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “ Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.” (QS.17:23-24)

Sapalah Ia dengan kelembutan, ciumlah tangannya dengan kasih sayang, turutilah keinginannya selama itu bukan untuk maksiat kepada allah swt.

Maka kau akan dapati Ridho allah bersama Ridho ibumu.

Jika hal itu sudah kau kantongi, sesulit apapun yang kau hadapi, serumit apapun yang kau liku-liku hidup yang akan kau tempuh, atas izin allah swt kau akan selalu mendapatkan kemudahan sesudahnya. Tersenyumlah untuk ibu kita yang mungkin sudah lama meneteskan air mata karena perilaku kita selama ini, Raihlah Ridhonya dan Selamat menyongsong tahap-tahap keberhasilan di dalam hidupmu !!!

PUISI :

TITIPAN TERKASIH

Tuhan… aku ingin kau tahu bahwa aku teramat menyayanginya,

Meski terlalu sering ucap dan laku mengoyak hatinya

Aku mengerti dan sungguh menyadari

Dialah manusia yang paling terluka saat mata ini basah oleh air mata

Dialah yang jiwanya gelisah saat tubuh ini lemah oleh rasa sakit

Mulutnya lah yang kian menebar doa di setiap langkah ini.

 

Tuhan… kini baru aku sadar

Setelah senyum itu pupus oleh waktu

Saat sapanya tak lagi terdengar

Teguran yang dulu bahkan selalu ku abaikan

Titah yang terlalu sering ku lupakan

Kini aku terlalu merindukannya…

 

Bunda…

Izinkan ku berlutut di depanmu

Mengakui betapa mulianya engkau

Meski hanya melalui sejenak tiduriu

Ku ingin kau disisiku, indah sebentuk titipan terkasih…

 

 HADIST & TOKOH :

‘Ibu para Syuhada, ‘AL KHANSA’

Al-Khansa terkenal dengan gelaran; lbu para syuhada. Al-Khansa dilahirkan pada zaman jahiliyah dan tumbuh besar di tengah suku bangsa Arab yang mulia, yaitu Bani Mudhar. Sehingga banyak sifat mulia yang terdapat dalam diri Al-Khansa. Beliau adalah seorang yang fasih, mulia, murah hati, tenang, berani, tegas, tidak kenal pura-pura, suka berterus terang. Dan selain keutamaan itu, beliau pun pandai bersyair. Beliau terkenal dengan syair-syairnya yang berisi kenangan kepada orang-orang yang dikasihinya yang telah tiada mendahului ke alam baka. Terutama kepada kedua saudara lelakinya, yaitu Mu’awiyah dan Sakhr yang telah meninggal dunia.
Diriwayatkan bahwa ketika Adi bin Hatim dan saudarinya, Safanah binti Hatim datang ke Madinah dan menghadap Rasulullah SAW, maka berkata, “Ya Rasulullah, dalam golongan kami ada orang yang paling pandai dalam bersyair dan orang yang paling pemurah hati, dan orang yang paling pandai berkuda.” Rasuluilah SAW bersabda, ‘Siapakah mereka itu. Sebutkanlah namanya.’ Adi menjawab, ‘Adapun yang paling pandai bersyair adalah Umru’ul Qais bin Hujr, dan orang yang paling pemurah hati adalah Hatim Ath-Tha’i, ayahku. Dan yang paling pandai berkuda adalah Amru bin Ma’dikariba.’ Rasuluilah SAW menukas, “Apa yang telah engkau katakan itu salah, wahai Adi. Orang yang paling pandai bersyair adalah Al-Khansa binti Amru, dan orang yang paling murah hati adalah Muhammad Rasulullah, dan orang yang paling pandai berkuda adalah Ali bin Abi Thaiib.’ Jarir ra. pernah ditanya, Siapakah yang paling pandai bersyair? Jarir ra. menjawab, ‘Kalau tidak ada Al-Khansa tentu aku.’ Al-Khansa sangat sering bersyair tentang kedua saudaranya, sehingga hal itu pernah ditegur olah Umar bin Khattab ra. Umar ra. pernah bertanya kepada Khansa, ‘Mengapa matamu bengkak-bengkak?’ Khansa menjawab, ‘Karena aku terlalu banyak menangis atas pejuang-pejuang Mudhar yang terdahulu.” Umar berkata, ‘Wahai Khansa, Mereka semua ahli neraka.’ Sahut Khansa, ‘Justru itulah yang membuat aku lebih kecewa dan sedih lagi. Dahulu aku menangisi Sakhr atas kehidupannya, sekarang aku menangisinya karena ia adalah ahli neraka.’
Al-Khansa menikah dengan Rawahah bin Abdul Aziz As Sulami. Dari pernikahan itu ia mendapatkan empat orang anak lelaki. Dan melalui pembinaan dan pendidikan tangan-tangannya, keempat anak lelakinya ini telah menjadi pahlawan-pahlawan Islam yang terkenal. Dan Khansa sendiri terkenal sebagai ibu dari para syuhada. Hal itu disebabkan dorongannya terhadap keempat anak lelakinya yang telah gugur syahid di medan Qadisiyah. Sebelum peperangan bermula, terjadilah perdebatan yang sengit di rumah Al-Khansa. Di antara keempat putranya telah terjadi perebutan kesempatan mengenai siapakah yang akan ikut berperang melawan tentara Persia, dan siapakah yang harus tinggal di rumah bersama ibunda mereka. Keempatnya saling tunjuk menunjuk kepada yang lainnya untuk tinggal di rumah. Masing-masing ingin turut berjuang melawan musuh fi sabilillah. Rupanya, pertengkaran mereka itu telah terdengar oleh ibunda mereka, Al-Khansa. Maka Al-Khansa telah mengumpulkan keempat anaknya, dan berkata, ‘Wahai anak-anakku, sesungguhnya kalian memeluk agama ini tanpa paksaan. Kalian telah berhijrah dengan kehendak sendiri. Demi Allah, yang tiada Tuhan selain Dia. Sesungguhnya kalian ini putra-putra dari seorang lelaki dan dari seorang perempuan yang sama. Tidak pantas bagiku untuk mengkhianati bapamu, atau membuat malu pamanmu, atau mencoreng arang di kening keluargamu.Jika kalian telah melihat perang, singsingkanlah lengan baju dan berangkatlah, majulah paling depan nescaya kalian akan mendapatkan pahala di akhirat. Negeri keabadian. Wahai anakku, sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad itu Rasul Allah. lnilah kebenaran sejati, maka untuk itu berperanglah dan demi itu pula bertempurlah sampai mati. Wahai anakku, carilah maut niscaya dianugrahi hidup.’
Pemuda-pemuda itupun keluar menuju medan perang. Mereka berjuang mati-matian melawan musuh, sehingga banyak musuh yang terbunuh di tangan mereka. Akhirnya nyawa mereka sendirilah yang tercabut dari tubuh-tubuh mereka. Ketika ibunda mereka, Al-Khansa, mendengar kematian anak-anaknya dan kesyahidan semuanya, sedikit pun ia tidak merasa sedih dan kaget. Bahkan ia telah berkata, ‘Alhamdulillah yang telah memuliakanku dengan syahidnya putra-putraku. Semoga Allah segera memanggiiku dan berkenan mempertemukan aku dengan putra-putraku dalam naungan Rahmat-Nya yang kokoh di surgaNya yang luas.’ Al-Khansa telah meninggal dunia pada masa permulaan kekhalifahan Utsman bin Affan ra., yaitu pada tahun ke-24 Hijriyah.
 (Wanita-wanita Sahabiyah)                                                                                                                                      Sumber : http://syaheerah.multiply.com

HADIST

Seorang sahabat bertanya,

 “Ya Rasulullah, siapa yang paling berhak memperoleh pelayanan dan persahabatanku?”

 Nabi Saw menjawab, “ibumu…ibumu…ibumu, kemudian ayahmu dan

kemudian yang lebih dekat kepadamu dan yang lebih dekat kepadamu.”

(Mutafaq’alaih).

Termasuk dosa besar seorang yang mencaci-maki ibu-bapaknya. Mereka bertanya,

 “Bagaimana (mungkin) seorang yang mencaci-maki ayah dan ibunya sendiri?”

Nabi Saw menjawab, “Dia mencaci-maki ayah orang lain lalu orang itu (membalas)

mencaci-maki ayahnya dan dia mencaci-maki ibu orang lain

lalu orang lain itupun (membalas) mencaci-maki ibunya.  

(Mutafaq’alaih)

Keridhaan Allah tergantung kepada keridhaan kedua orang tua dan

 murka Allah pun terletak pada murka kedua orang tua. (HR. Al Hakim)

Jangan mengabaikan (membenci dan menjauhi) orang tuamu.

 Barangsiapa mengabaikan orang tuanya maka dia kafir.  (HR. Muslim)